Senin, 11 Juli 2011

Laut, Pesisir dan Pantai Aceh Utara


Prospektif tidaknya masa depan sumber daya pesisir dan laut sangat tergantung pada kemampuan manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya ini secara berkelanjutan. Sumber daya pesisir dan laut berupa pantai, hutan mangrove dan lamun, terumbu karang serta ikan merupakan sumber daya yang potensial untuk dimanfaatkan dan memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Namun pada saat yang sama sumber daya ini dapat sangat rapuh dan rentan terhadap tekanan pemanfaatan berlebih akibat kebijakan atau perencanaan yang buruk sehingga bukan manfaat yang diperoleh melainkan bencana berupa erosi, abrasi, akresi, sedimentasi serta semakin langkanya sumber daya pesisir dan laut. Abrasi adalah proses erosi pada material yang massif seperti batu atau karang dan sangat mudah terjadi pada wilayah pantai yang tanahnya telah terbuka karena vegetasi mangrovenya sudah hilang. Sedangkan akresi adalah penumpukan sedimen (pasir) di daerah pantai akibat pergerakan arus dan gelombang yang membawa sedimen ke daerah tersebut. Sedimen adalah benda padat yang diendapkan oleh air dan es sedangkan sedimentasi adalah pengendapan atau hal mengendapnya benda padat karena pengaruh gaya berat.
Hutan mangrove yang sehari-hari dikenal dengan hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting diwilayah pesisir dan laut disamping ekosistem terumbu karang dan padang lamun. Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya; kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas, kulit, obat-obatan dan perikanan. Perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan perekonomian desa-desa nelayan. Keberadaan mangrove berkaitan erat dengan tingkat produksi perikanan. Dengan fungsi ekologisnya, mangrove dibutuhkan oleh sebagian besar biota laut seperti udang, ikan dan kepiting untuk memijah, daerah pembesaran/asuhan dan daerah tempat mencari makan.
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrupsi air laut. Mangrove juga telah terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai. Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya kearah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substract lumpur, pohonnya mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus sementara vegetasinya secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen.
Dalam upaya melakukan rehabilitasi terhadap kawasan laut, pesisir dan pantai yang sudah rusak pasca bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004, perhatian pemerintah kabupaten Aceh Utara terhadap permasalahan lingkungan hidup di wilayah pesisir dan laut  terus meningkat. Perhatian menjadi semakin meningkat karena adanya potensi kerawanan bencana yang dapat terjadi disekitar wilayah pesisir dan laut Aceh Utara.
Ekosistem pesisir dan laut yang ada diwilayah ini mencakup hutan mangrove seluas 25 ha di kecamatan Seuneuddon; terumbu karang  di kecamatan Dewantara dan kecamatan Tanah Pasir dan padang lamun yang berlokasi di kecamatan Tanah Jambo Aye. Luas hutan tanaman mangrove di kabupaten Aceh Utara telah mengalami menurun, namun tidak diketahui dengan pasti berapa luas penurunannya. Penurunan ini jelas akan semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya pembangunan di berbagai sektor. Penurunan luas hutan mangrove ini sangat berpengaruh terhadap kesuburan perairan kabupaten Aceh Utara dalam bentuk penurunan hasil yang cukup signifikan bagi perikanan tangkap (yang merupakan subsektor penting kabupaten Aceh Utara) karena hutan mangrove berfungsi biologis dan ekologis bagi biota laut pesisir.
Wilayah-wilayah yang memiliki potensi perikanan laut yang menonjol di Aceh Utara antara lain Kecamatan Seuneuddon, Dewantara, Muara Batu, Syamtalira Bayu, Tanah Pasir, Samudera dan Tanah Jambo Aye. Sebagian besar produksi ikan dipasarkan diwilayah Aceh Utara dan sebagian lagi dijual ke luar daerah. Dari tujuh kecamatan penghasil ikan laut, Muara Batu dan Dewantara merupakan daerah sentra produksi yang utama disamping Syamtalira Bayu. Jenis ikan yang paling banyak dihasilkan antara lain ikan selar, kakap merah, bawal hitam, ikan laying, peperek, gerod-gerod, gulamak, bawal putih, ikan pari, ikan mayung, tongkol kral, tongkol keno, lemuru, kembung, cakalang, teri, tembang, banyur, biji nangka dan ikan tenggiri papan.
Disamping jenis-jenis ikan diatas, Kabupaten Aceh Utara juga dikenal sebagai sentra produksi udang hasil laut. Produksi udang-udang tersebut juga berasal dari tujuh kecamatan diatas. Terdapat berbagai jenis udang, yaitu udang dogal, udang putih, udang krosok, udang raja, udang windu, udang barong dan jenis udang lainnya. Produksi udang tersebut terus menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2004, produksinya telah mencapai 3.455,40 ton namun pada tahun 2006, produksinya turun menjadi 795 ton.
Sementara itu, penanaman hutan tanaman mangrove di kecamatan Seuneuddon; tanaman cemara di kecamatan Muara batu dan Samudera; serta penanaman tanaman pandan di kecamatan Seuneuddon, Samudera dan Muara Batu, masing-masing seluas 1,5 ha masih terus dilaksanakan dalam upaya mengkonservasi daerah laut, pesisir dan pantai.

Arus Laut dan Pasang Surut
Arus yang ditemui disuatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pasang surut, densitas yang disebabkan oleh perubahan suhu maupun salinitas, perbedaan tekanan hidrostatis, ataupun gaya Coriolis. Besarnya pengaruh masing-masing factor ini terhadap kekuatan dan arah arus disuatu wilayah tergantung keadaan geografis perairannya.
Perairan Selat Malaka dipengaruhi oleh dua jenis arus, yaitu arus pasang dan arus bukan pasang surut. Arus bukan pasang surut yaitu arus karena pengaruh angin (Wind drift currents), arus karena perbedaan densitas (dynamic currents) dan arus sungai (fresh water run off). Di Selat Malaka kedua jenis arus tersebut terjadi secara bersamaan. Di beberapa daerah pada waktu-waktu tertentu, arus pasang surut lebih dominan dan di daerah lainnya arus bukan pasang surut yang dominan.
Pada umumnya di Selat Malaka arus pasang surut merupakan arus bolak balik yang arahnya merupakan garis lurus menurut arah selatnya. Arah dan kecepatan arus pasang menuju kedarat sedang pada saat surut kearah sebaliknya (ke laut).
Arus mencapai kecepatan nol (tidak ada arus) pada saat permukaan laut berada pada titik terendah dan titik tertinggi. Diantara kedua titik tersebut arus berangsur menjadi cepat dan mencapai kecepatan maksimum pada saat permukaan laut berada pada pertengahan kedua titik tersebut. Arus pasang umumnya dari utara ke tenggara dan arus surut mengarah dari selatan ke barat laut dengan kecepatan rata-rata 0,2 knot dan kecepatan maksimum 1,7 knot.
Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya permukaan laut sebagai akibat dari gaya tarik menarik benda angkasa terutama bulan dan matahari terhadap massa air bumi. Tetapi karena perairan Indonesia umumnya sempit dan dangkal maka pembangkitan pasang tidak dapat (kecil sekali) terjadi langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar