Pelestarian keanekaragaman hayati merupakan hal yang mendasar serta mendesak untuk dilaksanakan. Laju kerusakan keanekaragaman hayati baik hutan, pesisir dan laut serta kepunahan beberapa spesies langka seakan berpacu dengan waktu terlebih pasca terjadinya bencana gempa dan musibah tsunami. Dominasi laju tersebut terkadang bahkan seakan menenggelamkan upaya penyelamatan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati hutan, pesisir dan laut beserta ekosistemnya disamping memberikan manfaat dari sumberdaya dan jasa lingkungannya terhadap kehidupan masyarakat juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim serta penyerapan karbon yang merupakan kontributor perubah iklim. Kemampuan penyeimbang ini mulai terganggu dengan semakin banyaknya gas rumah kaca (GRK) hasil kegiatan manusia. Tanpa adanya upaya pengurangan emisi GRK, dipastikan dalam beberapa dekade mendatang ekosistem dan keanekaragaman hayati akan berkurang secara signifikan. Banyaknya spesies yang hilang dan hampir punah tentu akan berdampak secara langsung pada manusia maupun flora dan fauna dalam siklus rantai makanan.
Besarnya jumlah spesies yang terancam punah mengindikasikan bahwa spesies-spesies tersebut telah mengalami gangguan baik oleh adanya ekstraksi spesies yang berlebihan, perusakan habitat, fragmentasi habitat dan gangguan pada habitat seperti illegal loging. Akibat dari perusakan habitat dan gangguan terhadap habitat ini, hingga tahun 2009 masih terjadi konflik antara manusia dengan gajah.
Dalam upaya penyelamatan hutan alam serta daerah pesisir dan laut kabupaten Aceh Utara, Pemerintah Aceh Utara telah menerapkan kebijakan moratorium logging. Kebijakan ini sekaligus akan menyelamatkan habitat flora dan fauna sehingga dapat menekan laju penurunan keanekaragaman hayati. Kebijakan moratorium logging tersebut perlu dipadukan dengan upaya menekan laju kerusakan habitat alami akibat perusakan dan fragmentasi habitat yang dipicu oleh pembangunan infrastruktur umum didalam kawasan hutan terutama pembangunan jalan raya.
Dari hasil pengamatan terhadap jenis vegetasi, jenis flora (tumbuhan) dan fauna (satwa liar) yang terdapat dilokasi penelitian yaitu di kecamatan Seunuddon (yang melewati kawasan persawahan dan sebagian kawasan rehabilitasi hutan mangrove), secara umum tipe ekosistem vegetasi hutan darat wilayah kabupaten Aceh Utara terdiri dari semak belukar, tanaman pekarangan, kebun campuran dan persawahan. Sedangkan satwa yang sering dijumpai baik dari hasil pengamatan maupun informasi dari penduduk diantaranya berupa jenis burung. Keanekaragaman jenis satwa liar diarea studi tergolong rendah.
Tabel 1.b1.Tipe Flora dan Fauna Darat di Lokasi Studi
No | Nama Ilmiah | Nama Daerah |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. | JENIS TUMBUHAN Oryza sativa Pterocarpus Indica Willd Cocos nucifera Tectona grandis Lantana camara Cyperus retundus Musa paradisiaca Jatropha curcas L Rhizophora spp Avicenna spp | Padi Angsana Kelapa Jati Lantana Rumput teki Pisang Jarak Bakau Api-api |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. | JENIS FAUNA Mabuya multifasciata Leptobrachium sp Python sp Pycnotus simplex Picus chlorolophus Ducula pickeringi Spiziapteryx sp Bubulcus ibis Lipidoptera Capra aegagrus hircus Gallus gallus domesticus | Kadal Kodok sawah Ular sawah Pipit Perkutut Kutilang Alap-alap Kuntul kerbau Kupu-kupu Capung Kambing Ayam |
Sumber : Zaratex, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar